Tradisi Mandi Safar Kabupaten Buol

     

                                

    Secara umum sejarah merupakan gambaran tentang sebuah peristiwa masa lampau yang diperankan oleh manusia. Disusun secara ilmiah agar mudah untuk dipahami dan dimengerti oleh generasi. Sejarah memiliki banyak jenis topik pembahasan, mulai dari yang sederhana sampai ke yang lebih kompleks, dari yang ruang lingkupnya kecil sampai keruang lingkupnya besar. Sejarah lokal menceritakan kisah pengalaman sekelompok masyarakat tertentu yang berada pada daerah tertentu dan dibatasi oleh letak geografisnya. Kabupaten Buol merupakan salah satu kabupaten yang terletak di daerah pesisir, sehingga tradisinya pun tentu tidak jauh berbeda dengan tradisi-tradisi masyarakat daerah pesisir pada umumnya, salah satunya yaitu tradisi mandi safar.

    Tradisi mandi safar adalah tradisi yang dilakukan pada bulan safar, dengan tujuan untuk menghilangkan 12 jenis marabahaya. Tradisi ini dilakukan setiap tahun sekali, tradisi safar dilakukan pada hari rabu, minggu terakhir pada bulan safar, dilakukan setiap bulan safar tahun hijria. Tradisi mandi safar ini hadir karena adanya sebuah kepercayaan bahwa pada bulan safar ini memiliki 12 jenis marah bahaya yang akan turun ke bumi, khususnya pada hari rabu, minggu ketiga bulan safar. Tradisi mandi safar  dilakukan oleh para kaum muslim. Mandi safar ini dipandu langsung oleh para tetua atau kepala iman desa setempat (biasa dikenal dengan kepala suku).


    Didalam tradisi mandi safar ini, menggunakan ritual keislaman yang merupakan suatu bentuk upaya spiritual untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Mandi safar dilaksanakan di sungai atau di pantai. Sebelum mandi safar dimulai, biasanya kepala suka melakukan sholat sunnah 2 raka'at. Kemudian mengumpulkan masyarakat dan langsung melaksanakan tradisi tersebut.

    Yang menjadi keunikan dari mandi safar masyarakat suku Buol khususnya masyarakat Desa Lakea 1 yaitu terletak pada daun dipakai untuk menjalankan tradisi tersebut. Daun yang dipakai adalah daun bunga puring (aing tabong) dan bunga Yurli (aing yuri). Dimana pada setiap helai daun tersebut diberi huruf Al-Qur'an, berisi tentang do'a-do'a yang diharapkan untuk menghilang segala jenis malapeteka di tahun sebelumnya dan di tahun yang akan datang. Keunikan lainnya yaitu terdapat pada anak-anak yang lahir pada bulan safar, dimana anak-anak tersebut mendapatkan perlakukan khusus seperti melakukan mandi tradisi, makan diatas youtung atau lesung (alat tradisional), dan lain  sebagainya.

    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tradisi Mopalus Kabupaten Buol

I dont know when i know.

Bagaimana itu?